ANALISIS STRUKTUR FRASA NOMINA DALAM NOVEL LASKAR PELANGI DAN PENERJEMAHAN BAHASA
INGGRISNYA THE RAINBOW TROOPS
Sebuah Kajian Linguistik
Oleh: Winda Ratna Wulandari
e-mail: wind_wulandari@yahoo.com
Abstract
Noun phrase is a
group of words headed by a noun. In the case of translating a noun phrase from
Bahasa Indonesia into English, a translator often finds some difficulties in
deciding the structure of noun phrase in the target language because of the
different structure of both Bahasa Indonesia and English. This paper is
intended to describe the translation of noun phrases from Bahasa Indonesia into
English as seen in Andrea Hirata’s Laskar
Pelangi and its English version. The method used in
this research is the method of translational equality because this analysis
concerns two different languages. The result of the study shows that in the
translation process of noun phrases from Bahasa Indonesia into English, shifting
occurs to gain the equivalent between Bahasa Indonesia and English. It happens
because of the different syntactic structure of both Bahasa Indonesia and
English.
Abstrak
Frasa nomina adalah
sekelompok frasa yang dikepalai oleh sebuah nomina. Pada kasus penerjemahan
frasa nomina dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa inggris, penerjemah biasanya
mengalami sedikit kesulitan di dalam menentukan struktur frasa nomina dalam
bahasa sasaran dikarenakan perbedaan struktur di antara kedua bahasa tersebut.
Paper ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerjemahan frasa nomina dari bahasa
Indonesia ke dalam bahasa inggris seperti terlihat pada novel Laskar Pelangi karangan Andrea Hirata
dan versi bahasa Inggrisnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode padan translasional karena analisisnya difokuskan pada dua bahasa yang
berbeda. Hasil studi menunjukkan bahwa pada proses penerjemahan frasa nomina
dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa inggris banyak mengalami proses pergeseran
untuk mendapatkan kesepadanan struktur antara bahasa sumber dan bahasa sasaran.
Hal ini terjadi dikarenakan perbedaan struktur sintaksis antara bahasa
Indonesia dan bahasa inggris.
Kata kunci:
frasa
nomina; penerjemahan; struktur sintaksis
A.PENDAHULUAN
Setiap bahasa di
dunia memiliki pola struktur sintaksis yang berbeda-beda. Ketika satu bahasa di
kaji unsur-unsur penyusunnya, maka kajiannya akan menjadi kajian linguistik
sinkronis maupun diakronis. Akan tetapi, kajian linguistik mungin akan menjadi lebih
menarik jika dikaji melalui dua medium bahasa yang berbeda karena dapat
dipastikan unsur-unsur linguistik di dalamnya, terutama unsur-unsur
sintaksisnya kemungkinan besar akan berbeda. Pengkajian linguistik melalui dua
media bahasa yang berbeda dapat dihasilkan melalui proses yang disebut sebagai
penerjemahan.
Penerjemahan suatu
bahasa kedalam bahasa lain merupakan proses yang cukup rumit. Penerjemah harus
bisa menyampaikan pesan yang ada dalam bahasa sumber kedalam bahasa sasaran
dengan baik dan benar agar pesan yang dimaksudkan dalam bahasa sumber menjadi sama
jelasnya di dalam bahasa sasaran. Di dalam paper ini, penulis memfokuskan diri
untuk mengkaji penerjemahan dari bahasa Indonesia kedalam bahasa Inggris. Objek
kajian yang penulis temukan adalah novel Laskar
Pelangi karangan Andrea Hirata yang kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa
Inggris The Rainbow Troops oleh Angie
Kilbane.
Permasalahan yang
cukup rumit dalam hal proses penerjemahan adalah penerjemahan frasa nomina.
Baik bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris mempunyai pola struktur sintaksis
yang berbeda. Perhatikan contoh di bawah ini
BSU: Sebatang pohon filicium
tua yang rindang.
BSA:
The branch of an old filicium tree.
Dari contoh tersebut di atas dapat diketahui
bahwa di dalam bahasa sasaran, frasa nomina tersebut mendapatkan tambahan
artikel the dan a. Selain itu, kata rindang
yang ada dalam bahasa sumber tidak ikut diterjemahkan kedalam bahasa sasaran.
Perbedaan struktur sintaksis inilah yang bisa dikaji secara linguistik.
Seorang penerjemah yang baik diharapkan bisa
menemukan padanan yang sesuai baik padanan kata maupun gramatikal di dalam
bahasa sasaran. Baker (2000: 8) menyatakan bahwa seorang penerjemah diharapkan
memahami struktur sintaksis dari bahasa sumber dan bahasa sasaran secara total
meliputi perbedan gramatikal, makna leksikal, dan semua sistem yang ada di
kedua bahasa tersebut sehingga tercapailah kesamaan tekstual dan pragmatik.
Dari uraian tersebut di atas cukup jelas bahwa
frasa nomina dalam bahasa sumber kemungkinan akan mempunyai struktur sintaksis
yang berbeda dalam bahasa sasaran. Mencari kesepadanan dalam bahasa sumber dan
bahasa sasaran merupakan hal yang penting dalam proses penerjemahan. Oleh
karena itu, paper ini mencoba menguraikan kesepadanan penerjemahan antara frasa
nomina dalam bahasa Indonesia seperti yang terlihat di dalam novel Laskar Pelangi dan terjemahannya The Rainbow Troops melalui unsur-unsur
sintaksis penyusun frasa nomina dalam Bahasa Indonesia dan terjemahannnya di
dalam Bahasa Inggris tersebut.
Berdasarkan uraian yang telah disebutkan di
atas, maka permasalahan yang timbul adalah (1)Bagaimana frasa nomina di dalam novel Laskar Pelangi diterjemahkan, dan (2) Bagaimana
penerjemahan frasa nomina dalam Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Inggris mencapai
kesepadanan penerjemahan. Karena penelitian ini
berkaitan dengan dua bahasa yang memiliki aksara berbeda, maka metode yang
tepat digunakan dalam penelitian ini adalah metode padan translasional, yakni
metode padan yang alat penentunya adalah bahasa lain (Edi Subroto, 1992: 59). Data akan dianalisis
dengan menggunakan teori linguistik tradisional mengenai struktur sintaksis
frasa nomina dan untuk mengetahui kesepadanan struktur penerjemahan dalam
Bahasa Inggrisnya, teori penerjemahan tentang pergeseran (shifting) yang
diusung oleh Catford juga digunakan untuk melihat pergeseran apa yang timbul
dalam proses penerjemahan frasa nomina-frasa nomina tersebut.
B.LANDASAN TEORI
Paper ini mengkaji
tentang struktur sintaksis dari frasa nomina dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa
Inggris. Oleh karena itu teori linguistik yang digunakan adalah teori
linguistik tradisional. Teori linguistik tradisional sendiri adalah teori yang
menjelaskan tentang aturan gramatikal yang dipakai kurang lebih selama dua
ratus tahun yang lalu. Tata bahasa tradisional merupakan penggolongan kata ke
dalam kelas kata. Salah satu tokoh yang terkenal mengembangkan teori linguistik
tradisional adalah Robert Lowth’s (1726) dalam bukunya A Short Introduction to
English Grammar.
Paper ini lebih
lanjut akan membahas mengenai struktur frasa nomina dalam Bahasa Indonesia dan
Bahasa Inggris menggunakan teori sintaksis dari linguistik tradisional. Teori
sintaksis dibuat untuk membedakan level analisis pada kalimat, klausa, dan
frasa. Sintaksis juga mengkaji tentang terminologi tradisional dalam struktur
sintaksis seperti subjek, objek, and kelas kata. Teori sintaksis yang dipakai
dalam paper ini adalah teori tentang frasa nomina dari Marjilijn and Kim Sauter
dalam bukunya yang berjudul English Sentence Analysis.
Selain menggunakan teori sintaksis, paper ini juga
mengkaji frasa nomina dalam Bahasa Indonesia dan terjemahan Bahasa Inggrisnya
dengan menggunakan teori equivalence.
Karena paper ini mengkaji proses penerjemahan dari suatu frasa nomina kedalam
struktur terjemahan Bahasa Inggrisnya, maka sangatlah penting untuk mengetahui
kesepadanan struktur sintaksis pada frasa nomina dalam Bahasa Indonesia dan
terjemahan Bahasa Inggrisnya. Mengkaji struktur sintaksis untuk mencari
kesepadanan penerjemahan sangat memungkinkan adanya proses pergeseran dari
bahasa sumber kedalam bahasa sasaran. Oleh karena itu, dalam paper ini penulis
juga akan mencoba untuk mengkaji pergeseran-pergeseran apa yang terjadi selama
proses penerjemahan dengan menggunakan teori dari Catford.
1.
FRASA
NOMINA
1.1.
FRASA
Sebuah frasa
merupakan sekumpulan kata-kata yang tidak memiliki subjek yang artinya bahwa
setiap sekumpulan kata yang secara gramatikal sama dan tidak memiliki subjeknya
sendiri disebut sebagai frasa. Salah satu frasa adalah frasa nomina. Contohnya
adalah frasa seorang anak muda. Frasa
ini adalah frasa nomina karena dikepalai oleh sebuah kata benda.
1.2.
Frasa
Nomina
Frasa nomina bisa berfungsi sebagai subjek
dalamsebuah kalimat , misalnya dalam kalimat seorang anak membaca sebuah buku, sebagai objek seorang anak
membaca sebuah buku, sebagai
pelengkap objek kata kerja John membeli sepotong
kue, dan sebagai objek preposisi Jill sedang berenang di kolam renang.
2.
Equivalence
(Kesepadanan)
Vinay
dan Darbelnet (dikutip dari Munday, 2001: 58) menyatakan bahwa equivalence
merujuk pada kasus dimana bahasa mendeskripsikan situasi yang sama dengan
perbedaan style atau perbedaan struktural. Catford (dikutip dari Hatim dan
Munday, 2004: 40) manyatakan bahwa menuliskan suatu teks kedalam bahasa lain
bisa sama melalui beberapa element yang berbeda (seluruhnya atau hanya sebagian
sama), dalam tataran level yang berbeda (persamaan konteks, semantic,
gramatikal, leksikal, dsb). Baker (1998: 77) menyatakan bahwa penggunaan
gagasan equivalence digunakan para penerjemah untuk alasan kenyamanan
dibandingkan dengan alasan mengikuti struktur yang ada.
2.1.
Grammatical
translation (penerjemahan gramatikal)
Perbedaan struktur
gramatikal dari bahasa sumber dan bahasa sasaran sering terjadi dengan adanya perubahan
penyampaian informasi atau isi pesan selama proses penerjemahan. Perubahan ini
mungkin terjadi dengan cara menambahkan informasi yang tidak tertulis dalam
bahasa sumber. Hal seperti ini sering terjadi karena bahasa sasaran memiliki
kategori gramatikal yang mana bahasa sumber tidak miliki.
3.
Pergeseran
Untuk
mencapai terjemahan gramatikal dalam bahasa sumber kedalam bahasa sasaran,
pergeseran mungkin akan muncul di dalam proses penerjemahan tersebut.
Pergeseran dalam penerjemahan dapat dibagi kedalam beberapa bagian (Catford:
1965)
3.1.
Pergeseran
level
Pergeseran level
maksudnya adalah bahwa bahasa sumber memiliki level linguistik yang sama dalam
bahasa sasaran namun dalam tataran level yang berbeda. Catford menjelaskan
bahwa hal ini bisa terjadi karena adanya perbedaan level fonologi dan grafologi
yang tidak memungkinkan. Penerjemahan antara level-level ini sebenarnya
merupakan penerjemahan yang keluar dari aturan dimana penerjemahan ini mencari
subtansi-subtansi yang sama dalam suatu kondisi tertentu. Kemudian melalui
pergeseran gramatikal kedalam pergeseran leksikal atau sebaliknya sangat
memungkinkan terjadinya pergeseran level. Contohnya
BSu: Dia sedang makan
BSa: She is eating
Dalam proses
penerjemahan, ada pergeseran dari segi leksikal kedalam unsur gramatikal dimana
kata sedang diterjemahkan secara gramatikal menjadi pola to be+Ving.
3.2.
Pergeseran
kategori
Catford menyatakan
bahwa penerjemahan dengan menggunakan pergeseran kategori disebut sebagai
penerjemahan yang tidak terikat. Dengan kata lain, pergeseran ini akan banyak
memunculkan hasil terjemahan yang seperti penerjemahan bebas. Terkadang hasil
terjemahannya tidak “normal” atau terlampau jauh struktunya dengan bahasa
sumber. Pergeseran kategori memiliki beberapa sub-kategori. Diantaranya adalah:
3.2.1.
Pergeseran
struktur
3.2.2.
Pergeseran
kelas
3.2.3.
Pergeseran
intra-sistem
C.HASIL
PENELITIIAN DAN PEMBAHASAN
Seperti yang sudah
dijelaskan di bab sebelumnya bahwa paper ini bertujuan untuk menemukan
kesepadanan penerjemahan dari penerjemahan frasa nomina Bahasa Indonesia
kedalam Bahasa Inggris. Analisis akan dimulai dengan menentukan konstituen dari
frasa nomina dari bahasa sumber dan kemudian membandingkannya dengan
konstituen-konstituen penyusun hasil penerjemahan dari Bahasa Indonesia
tersebut.
Frasa nomina tersebut
kemudian akan dianalisis dengan menggunakan teori linguistik tradisional untuk
mengetahui konstituen penyusun frasa nomina dalam Bahasa Indonesia dan
terjemahannya di dalam bahasa Inggris. Setelah mengetahui konstituen dari
masing-masing frasa nomina, barulah bisa ditemukan kesepadanan penerjemahannya.
Berdasarkan penerjemahan gramatikal tersebut, kemudian dianalisa pergesaran apa
yang muncul dalam menerjemahkan frasa nomina dalam Bahasa Indonesia ke dalam
Bahasa Inggris seperti yang terlihat pada novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata tersebut.
Data 1
BSu: Sebatang pohon filicium tua
BSa: An old filicium tree
Konstituen masing-masing frasa
Se
|
Batang
|
pohon
|
filicium
|
Frasa Nomina
|
|||
numeralia
|
penggolong
|
nomina (pusat)
|
Nomina
|
An
|
old
|
filicium
|
Tree
|
NP: Noun Phrase
|
|||
det: article
|
premod: adj
|
premod: adj
|
H: noun
|
Dari table data
tersebut di atas dapat dilihat bahwa frasa nomina di dalam Bahasa Indonesia
tetap diterjemahkan ke dalam frasa nomina dalam Bahasa Inggris untuk
mendapatkan kesepadanan penerjemahan.
Dari data tersebut di atas pulalah kita bisa mengetahui bahwa
penerjemahan mengalami proses hilangnya informasi dimana kata sebatang yang mempunyai konstituen
numeralia+penggolong hanya ditejemahkan ke dalam determiner artikel a. Pergeseran juga terjadi di dalam
proses terjemahan ini di mana frasa nomina bahasa Indonesia yang terdiri dari
penggolong+numeralia+nomina (pusat)+nomina bergeser menjadi
determiner+adjective+adjective+NP. Berdasarkan teori yang diusung oleh Catford,
pergeseran seperti ini disebut sebagai pergeseran struktur . Pergeseran ini
terjadi karena perbedaan sistem linguistik antara Bahasa Indonesia dan Bahasa
Inggris.
Data 2
BSu: Di mulut pintu
berdiri dua
orang guru seperti para penyambut tamu dalam
perhelatan.(hal.1)
BSa: in the doorway
stood two teachers like hosts
welcoming guest to a party. (hal.1)
Konstituen
penyusunnya adalah
Dua
|
Orang
|
Guru
|
frasa nomina
|
||
numeralia
|
Penggolong
|
nomina(pusat)
|
Two
|
Teachers
|
NP
|
|
det:num
|
H:noun
|
Dari data tersebut di
atas, frasa nomina dalam bahasa sumber juga diterjemahkan kedalam frasa nomina
untuk mendapatkan kesepadanan penerjemahannya. Pergeseran juga terjadi di dalam
proses penerjemahan frasa nomina tersebut. Terdapat dua macam pergeseran dalam
proses penerjemahan frasa nomina tersebut. Pertama adalah pergeseran struktur.
Dari data tersebut terlihat bahwa kata orang
dalam frasa nomina tidak diterjemahkan. Pergeseran seperti ini disebut sebagai
pergeseran struktur dimana terdapat perbedaan struktur linguistik antara Bahasa
Indonesia dan Bahasa Inggris. Yang kedua adalah pergeseran intra sistem.
Pergeseran ini bisa dilihat dari kata guru
yang merupakan nomina tunggal diterjemahkan ke dalam kata teachers yang merupakan nomina jamak. Berdasarkan teori Catford,
pergeseran intra sistem digunakan pada kasus di mana prosesnya terjadi secara
internal, di dalam sebuah sistem. Pergeseran terjadi karena untuk menyatakan
nomina dalam Bahasa Inggris, nomina jamak yang bisa dihitung harus ditambahi
akhiran –s.
Data 3
BSu: bau hangus yang
kucium tadi ternyata adalah bau sandal cunghai (hal.11)
BSa: that burned
smell I noticed from car tires, the smell of his cunghai sandals, made
from car tires (hal.11)
Konstituen
penyusunnya adalah
Sandal
|
Cunghai
|
frasa nomina
|
|
nomina (pusat)
|
Kata sifat
|
cunghai
|
Sandals
|
Made
|
From
|
Car
|
Tires
|
NP
|
|||||
premod: Adj
|
H: noun
|
postmod: non-finite clause
|
|||
|
|
P: Verb
|
comp: PP
|
||
|
|
|
h:PP
|
comp: NP
|
|
|
|
|
|
premod: adj
|
H: noun
|
Berdasarkan data
tersebut di atas, frasa nomina dalam Bahasa Indonesia diterjemahkan ke dalam
frasa nomina di dalam terjemahan Bahasa Inggrisnya untuk mencapai kesepadanan
penerjemahan. Frasa nomina dalam Bahasa Indonesia yang berbentuk frasa nomina
sederhana diterjemahkan kedalam frasa nomina dengan penjelas belakang.
Penerjemah menambahkan informasi tambahan untuk membuat kesepadanan
penerjemahannya. Kata sandal cunghai
mungkin tidak asing bagi masyarakat Indonesia, namun tidak demikian halnya
dengan masyarakat di luar Indonesia. Oleh karena itu, penerjemah menambahkan informasi
tambahan berupa frasa verba made from car
tires agar pembaca bisa membayangkan atau membuat gambaran mengenai bentuk
sandal cunghai tersebut. Di samping penambahan informasi, pergeseran juga
terjadi dalam proses penerjemahan frasa nomina tersebut. Merujuk pada teori
pergeseran dari Catford, pergeseran yang terjadi adalah pergeseran intra sistem
dan pergeseran struktur. Sama halnya dengan data sebelumnya, pergeseran intra
sistem terjadi karena proses internal. Sandal merupakan nomina yang biasanya
berpasangan. Maka penerjemahan ke dalam bahasa inggrisnya harus menambahkan
akhiran-s untuk menjamakkan nomina tersebut. Sedangkan pergeseran yang lain
yang terjadi dalam menerjemahkan frasa nomina tersebut adalah pergeseran
struktur dimana frasa sandal cunghai
diterjemahkan menjadi cunghai sandals.
Hal ini terjadi karena adanya perbedaan struktur linguistik dari kedua bahasa
tersebut
Data 4
Bsu: Seketika itu
kami tersentak dalam pesona, itulah lagu
Tennese Waltz yang sangat terkenal karya Anne Murray.(hal.137)
Bsa: The song was
none other than the famous Tennese Waltz
written by Anne Murray. (hal.118)
Konstituen penyusunnya
Lagu
|
Tennese Waltz
|
Yang
|
sangat
|
Terkenal
|
karya
|
Anne Murray
|
Frasa Nomina
|
||||||
FN
|
Penjelas belakang: frasa adjektiva
|
|||||
nomina
(pusat)
|
nomina
|
Peng.
|
adjektiva
|
adjektiva
|
nomina
|
nomina
|
the
|
famous
|
song
|
written
|
by
|
Anne Murray
|
Noun Phrase
|
|||||
det:art
|
premod:adj
|
h:noun
|
postmod:NFC
|
||
|
|
|
p: verb
|
comp:pp
|
|
|
|
|
|
pp:prep
|
comp:np
|
Berdasarkan data
konstituen struktur sintaksis di atas, bisa diketahui bahwa frasa nomina dalam Bahasa Indonesia tetap diterjemahkan ke
dalam frasa nomina untuk mendapatkan kesepadanan penerjemahannya. Akan tetapi,
konstituen penyusun frasa nomina dan terjemahan bahasa inggrisnya mengalami
banyak perbedaan struktur.
D.KESIMPULAN
Berdasarkan analisis
data yang telah dibuat diatas, bisa ditarik kesimpulan bahwa penerjemahan suatu
bahasa ke dalam bahasa lain bisa tercapai melalui beberapa proses penerjemahan.
Pada proses penerjemahan antara satu bahasa ke dalam bahasa lainnya, pergeseran
sangat mungkin terjadi karena beberapa faktor. Diantaranya adalah faktor
perbedaan struktur gramatikal antara kedua bahasa tersebut, faktor intern di
dalam masing-masing bahasa, dan faktor susunan atau urutan kata yang berbeda
dari kedua bahasa tersebut.
Pada analisis data yang telah dibuat
pada bab sebelumnya, penerjemahan frasa nomina dari Bahasa Indonesia ke dalam
Bahasa Inggris mengalami beberapa macam bentuk pergeseran. Pergeseran tersebut
adalah pergeseran struktural dan pergeseran intra sistem. Penambahan informasi
juga terjadi untuk mendapatkan kesepadanan penerjemahan antara bahasa sumber
dan bahasa sasaran. Penerjemahan yang baik harus bisa menyampaikan pesan yang
dimaksud dalam bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Agar pesan yang dimaksud
bisa sampai dengan baik, maka sangat mungkin struktur-struktur sintaksis pada
bahasa sumber akan berubah dalam bahasa sasaran untuk mencapai kesepadanan
penerjemahannya dan pesan yang dimaksud bisa sampai dengan benar sesuai dengan
yang dimaksudkan di dalam bahasa sumber.
E.DAFTAR
PUSTAKA
Baker,
Mona. 1997. In Other Words: A Course
book of
Translation. London: Routledge.
Catford,
J.C. 1965. A Linguistic Theory of
Translation. London: Oxford University
Press.
Hirata,
Andrea. 2004. Laskar Pelangi. Jakarta: Bentang Pustaka.
Hirata,
Andrea. 2009. The Rainbow Troops. Translator: Angie Kilbane.
Jakarta:
Bentang Pustaka.
Munday, Jeremy. 2004.
Introducing Translation Studies:
Theories and
Application. London: Routledge
Nababan, M.R. 1999. Teori Menerjemahkan
Bahasa Inggris. Jogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Subroto, Edi. 1992. Pengantar Metode
Penelitian Linguistik Struktural.
Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Verspoor, Marjolijn and Kim S. 2000. English
Sentence Analysis. America: John
Benjamins North America.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar